Petaka Tembok Ambruk di Jaksel Timpa Sekeluarga

Tak dinyana, tak diduga. Bruk! Peristiwa itu berlalu dengan begitu cepat. Satu keluarga di Jakarta Selatan (Jaksel) tertimpa tembok ambruk saat mereka terlelap tidur.

Tiga orang terluka akibat insiden tersebut. Sang ibu, Harmini (43), mengalami luka minor, tetapi dia mengaku masih trauma atas peristiwa yang terjadi pada Sabtu (16/3/2024), pukul 01.15 WIB.

Sebanyak dua orang sempat dilarikan ke rumah sakit (RS) untuk mendapatkan perawatan atas luka yang didera. Mereka ialah Suyoto (43) dan anaknya yang paling kecil Hanif (19).

Suyoto dan Hanif sempet tertimpa langsung tembok yang ambruk. Sementara, pada dini hari tersebut, Harmini tidur sekasur dengan anaknya yang paling besar jamericaclothing.com, Melisa (20).

Harmini, sang ibu, menjadi pihak pertama yang menyelamatkan ketiga keluarganya itu.

Insiden Tembok Ambruk

Keluarga yang terdiri dari empat jiwa itu tinggal di sebuah rumah di wilayah Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jaksel. Tembok yang ambruk berasal dari rumah tetangga mereka.

“Tembok rumah tetangga yang lebih tinggi menimpa rumah Bapak Suyoto yang mengakibatkan kamar Bapak Suyoto hancur, dan menimpa semua anggota keluarga korban yang sedang tertidur,” kata perwira piket Damkar Jaksel, Agus Wijaya, dalam keterangannya, Sabtu (16/3/2024).

Warga bersama pemadam kebakaran (damkar) turut membantu keluarga Suyoto yang menjadi korban.

Akibat tembok runtuh tersebut, Suyoto dan Hanif mengalami luka di kaki, sementara Melisa mengalami luka di telinga kanan. Sedangkan Harmini dalam kondisi aman. Mereka dilarikan ke RSUD Jati Padang untuk mendapat perawatan.

Ibu Sang Penyelamat

Harmini menceritakan detik-detik terjadinya tembok ambruk. Harmini bersama suami dan kedua anaknya saat itu sedang tidur, namun dia mendengar suara derit retak.

“Kalau sebelumnya kita nggak tahu-menahu kan karena jam segitu kita lagi tidur pulas-pulasnya. Istirahat. Sekitaran jam segitu itu saya dengar suara ‘dreeet’ ya suara gitu aja sih,” kata Harmini kepada wartawan di rumahnya Pejaten Barat, Jakarta Selatan, Senin (18/3).

Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Harmini langsung terbangun. Spontan dia menahan tempat tidurnya.

Dia mengatakan kejadian itu sangat cepat sehingga tak sempat membangunkan keluarganya. Seketika tembok ambruk, Harmini meminta putrinya untuk tetap tenang.

“Seketika saya duduk di atas tempat tidur lalu nahan tempat tidur yang atas itu. Karena posisinya lihat anak saya di situ kan (tidur bersama dia satu kasur). Setelah itu saya kasih tahu anak saya karena mereka panggil saya ‘ibu, ibu’. Saya bilang jangan terlalu panik, istigfar, akhirnya saya panggil bapaknya. ‘Cepet bangun, cepet bangun’ (bangun dari reruntuhan),” ujarnya.

Harmini tidur bersama Melisa di kasur yang ada dipannya. Saat itu puing bangunan itu tertahan dipan kasur sehingga tak langsung menimpa Harmini dan anak tertuanya.

“Anak saya yang besar itu sudah ditolong warga akhirnya bisa keluar lewat jendela,” kata dia.

Sementara itu, Suyoto dan Hanif tidur di kasur yang tidak dilapisi dipan. Sang ayah dan anak keduanya itu sempat tertimpa puing-puing bangunan yang ambruk.

Suyoto dan Hanif sempat kesulitan keluar dari puing bangunan ambruk. Saat itu Hamini berusaha tetap tenang sambil mengangkat batu-batu yang menimpa suami dan anaknya.

“Bapak posisinya sudah tertutup puing. Akhirnya saya bilang, ‘tahan dulu ya, Dek’, biar bangunannya itu nggak jatuhin anak saya paling kecil. ‘Tahan dulu ya, Dek, istigfar dulu ya, Dek, pokoknya jangan panik’. Akhirnya saya berusaha angkatin batu-batu di atas badan bapak ini, lalu bapak berusaha bangun dan bisa bangun, terus bapak bilang ‘tolong anakmu, tolong anakmu’ terus kita serempak minta tolong,” tuturnya.

Hamini terus menahan agar putranya tak tertimpa. Sementara putrinya meminta bantuan warga.

“Akhirnya saya masih benar-benar nahan tempat tidur itu. Kalau anak saya yang besar itu sudah sama warga. Cuma saya ngasih tahu ke anak saya yang kecil itu ‘ayok, Dek, ayok berusaha lolos’ saya sempat kaya gitu. Cuma anak saya itu ‘Nggak bisa, Bu, nggak bisa kaki saya sudah berat, nggak kerasa apa’ karena kakinya sudah masuk ke bawah ketimbun puing-puing beton kan,” sambungnya.

Harmini dan keluarga akhirnya bisa keluar dari reruntuhan puing-puing bangunan tersebut bersama dengan luka. Saat ini keluarga Harmini tinggal bersama di sebuah kontrakan kosong yang berada tidak jauh dari kontrakan lamanya.

Trauma, Tak Bisa Tidur Nyenyak

Peristiwa tembok ambruk membuat Hamini dan keluarganya trauma. Rasa khawatir masih menggelayuti perasaannya.

“Untuk mentalnya ini yang susah banget. Trauma,” kata Harmini.

Harmini mengatakan dirinya bersama suami dan kedua anaknya sempat dilarikan ke RS. Di hari yang sama, Harmini dan keluarga dibolehkan pulang oleh pihak RS.

Harmini mengatakan saat ini ia sudah dapat beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Namun, suaminya, Suyoto, belum bisa pergi bekerja di salah satu rumah makan.

“Kalau untuk bekerja bapak sama sekali nggak bisa. Cuma saya aktivitas di rumah, saya paksain. Ya gimana ya harus semangat untuk keluarga,” imbuhnya.

Harmini mengaku masih trauma dengan kejadian tersebut. Bahkan, katanya, ia dan suami mengalami susah tidur.

“Mungkin kalau fisik kita masih bisa paksa-paksa. Tapi kalau mentalnya ini susah, trauma. Istirahat aja susah. Masih terngiang-ngiang, jadi nggak bisa tidur,” ujarnya.

Meski begitu, Harmini bersyukur dapat selamat dari kejadian nahas itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>