Update Berita Terkini Rohingya – “Karena bersaudara seiman, saya tidak menyangka mereka memperlakukan kami dengan tidak manusiawi seperti itu,” kata seorang pengungsi Rohingya. Sementara, kelompok masyarakat sipil menyesalkan aksi pengusiran yang disertai kekerasan dan intimidasi. Badan PBB yang menangani pengungsi, UNHCR, menyerukan agar pihak berwenang menjamin keselamatan para pengungsi yang kini totalnya berjumlah 1.608 orang di Aceh. Secara terpisah, Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan, pemerintah pusat akan bonus new member mengambil langkah pemindahan sementara para pengungsi Rohingya di Aceh.
Sehari setelah pengepungan dan pemindahan paksa yang dilakukan gerombolan mahasiswa, sekitar 137 pengungsi Rohingya akhirnya kembali lagi ke penampungan di rubanah Gedung Balee Meuseraya Aceh (BMA), Kota Banda Aceh. Mereka sebelumnya dipaksa dan digiring agar pindah dengan dua truk ke kantor Kementerian Hukum dan HAM Aceh dari Gedung BMA. Pengungsi sebagian besar perempuan dan anak-anak, pipinya masih terlihat basah karena air mata. “Mereka masih merasa ketakutan dan menghindar,” kata wartawan di Aceh, Hidayatullah yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Info Update Berita Terkini Rohingya
Di antara mereka terdapat Rohimatun sedang mengelus badan anaknya yang diselimuti kain sarung. Bocah itu terlihat pulas. Perempuan 27 tahun ini bersedia bercerita dan mengutarakan isi hatinya. Ia mengatakan, anaknya sedang demam. Kemungkinan sakitnya itu dipicu peristiwa kemarin, saat dipindahkan paksa ke halaman Kantor Wilayah Kemenkumham Aceh. “Saat mahasiswa datang beramai-ramai menyerbu kami, melempar semua pakaian, tas, dan segala macam ke atas kami, padahal di dalam tas itu ada Al.-Qur’an, ada Iqra, tapi itu dicampakkan ke atas kami.
Baca juga: Viral! Lahiran di Jepang, WNI Ini Dapat Jatah Cuti 1 Tahun dan Uang Rp40 Juta
“Kami sangat ketakutan dan kesakitan, sehingga menangis. Karena bersaudara seiman, saya tidak menyangka mereka memperlakukan kami dengan tidak manusiawi seperti itu,“ kata orang tua tunggal yang membawa serta tiga anaknya ke Aceh. Rohimatun menjelaskan alasannya berada di Aceh karena adanya “ancaman yang bertubi-tubi“ di Kamp Cox Bazar, Bangladesh. Di Aceh, ia punya harapan untuk masa depan anak-anaknya yang lebih baik “sebagaimana orang lain pada umumnya.“
Sebelumnya, ia mengungsi ke Bangladesh karena terjadi pembantaian besar-besaran yang terjadi di kampung halaman, di Myanmar pada 2017. “Saat pergi itu saya membawa tiga orang anak dan terpisah dengan suami. Belakangan ketika sudah berada di Bangladesh, baru saya tahu kalau suami saya ditembak mati saat menyelamatkan diri, tapi saya tidak pernah melihat mayatnya,” kata Rohimatun. Pengungsi Rohingya lainnya, yang bersedia bercerita adalah Muhammad Syakhi – di pengungsian, ia bersama dengan istri dan dua anak.