Beredar video di media sosial yang menayangkan seseorang mempertanyakan bonggol Meriam Si Jagur di Kota Tua, Jakarta Barat.
Bonggol meriam itu merupakan bentuk tangan terkepal yang jempolnya diimpit oleh jari tengah dan telunjuk. Umumnya, gestur itu dianggap mesum.
“Pak Gubernur, tolong jelaskan. Di sini banyak anak-anak loh, di sini banyak anak-anak. Ini Kota Tua, ya. Tolong banget ini gambar apa, ya?” tanya sang perekam video https://www.stealth-energy.com/ sambil menunjuk ke arah meriam.
“Ini kalau partai nomor 1 enggak begini, nomor 2 juga enggak begini. Nomor 3 pun enggak kayak gini. Ini nomor berapa, ya? Kalian lihat, banyak anak kecil, lho. Enggak etis banget, lho. Ini enggak bisa diganti, gitu? Nomor 4, gitu? Astaghfirullah,” lanjut dia.
Baca juga: Bukan Porno! Ini Arti Hiasan Jari di Meriam Si Jagur
Merespons video itu, Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta Esti Utami mengatakan, sang perekam sebetulnya bisa bertanya kepada pemandu museum di lokasi.
“Kalau ada pertanyaan lebih lanjut, bisa ditanyakan ke teman-teman guide kami. (Mereka) bisa menjelaskan arti sebenarnya dari persepsi (seksual) itu,” sambung Esti.
Esti berpendapat, setiap koleksi peninggalan bersejarah memiliki cerita tersendiri. Sejarah itulah yang sebaiknya diketahui oleh masyarakat.
“Saya pikir sebenarnya enggak apa-apa (diletakkan di Taman Fatahillah). Setidaknya, (pengunjung bisa) mendapatkan informasi yang benar,” tutur dia.
Baca juga: Mengenal Meriam Si Jagur, Benda Bersejarah di Kantor Disparbud Karawang
Simbol jempol dijepit itu disebut “mano fico” atau “mano figa”. Menurut bangsa Portugis, gestur itu merupakan simbol intuk menolak atau menangkal kejahatan.
“Arti dari simbol ini sebenarnya nasib baik atau keberuntungan bagi masyarakat Portugis. Meriam ini merupakan alat atau senjata untuk mengamankan dari serangan musuh, (simbol ini) diterapkan sehingga berarti nasib baik atau keberuntungan,” papar Esti.
Kendati demikian, Esti mengakui kelalaian pihaknya dengan tidak memajang label informasi terkait sejarah Meriam Si Jagur di lokasi.
Dalam waktu dekat, ia akan mengatur agar ada label informasi yang menjelaskan sejarah dari meriam buatan Manuel Tavares Boccaro asal Portugis itu.
Baca juga: Cara ke Kota Tua Naik KRL dan Transjakarta, Lokasinya Strategis
“Ketika saya lihat lagi memang waktu itu pernah dipasang label informasi koleksi. Dengan adanya ini, tentunya kami akan segera pasang informasinya agar tidak menimbulkan persepsi,” imbuh dia.
Pantauan Kompas.com di Taman Fatahillah, Senin (5/2/2024), meriam sepanjang 3,85 meter itu diletakkan di atas sebuah undakan berwarna merah jambu. Di bawahnya, ada balok batu setinggi lebih kurang 1 meter.
Meriam itu dikelilingi oleh pagar besi sehingga pengunjung tidak bisa menyentuhnya secara langsung.
Selain itu, ada pot tanaman di masing-masing empat sudut pagar.
Tidak selayaknya koleksi museum yang diberi label informasi, tidak ada penjelasan terkait meriam itu. Bahkan, tidak ada tulisan yang menunjukkan bahwa meriam itu bernama “Si Jagur”.